aulistyle

10 Nama Masakan Khas Sumatera Selatan yang Terkenal dan Kisah di Baliknya

NM
Nadia Maharani

Temukan 10 nama masakan khas Sumatera Selatan yang terkenal seperti Pempek, Sambal Tempoyak, dan Kue Gandus beserta kisah sejarah dan makna budaya di balik setiap hidangan tradisional

Sumatera Selatan, khususnya kota Palembang, telah lama dikenal sebagai salah satu pusat kuliner terbaik di Indonesia. Dengan warisan budaya Melayu yang kental dan pengaruh dari berbagai etnis, daerah ini melahirkan berbagai masakan ikonik yang tidak hanya lezat tetapi juga sarat dengan sejarah dan cerita menarik. Berikut adalah 10 nama masakan khas Sumatera Selatan yang terkenal dan kisah unik di baliknya.


Pempek mungkin adalah masakan paling terkenal dari Sumatera Selatan yang telah menjadi ikon kuliner nasional. Konon, pempek pertama kali dibuat pada abad ke-16 oleh seorang pedagang Tionghoa bernama Apek. Saat itu, masyarakat Palembang banyak mengkonsumsi ikan sungai, terutama ikan belida, namun cara pengolahannya masih sederhana. Apek kemudian berinovasi dengan mencampurkan daging ikan yang dihaluskan dengan tepung sagu, menciptakan adonan yang kemudian dibentuk dan direbus. Inovasi ini ternyata sangat disukai masyarakat, dan dari situlah nama "empek-empek" atau "pempek" berasal, yang merupakan panggilan akrab untuk lelaki Tionghoa tua.


Seiring waktu, pempek berkembang menjadi berbagai varian, mulai dari pempek kapal selam yang berisi telur, pempek lenjer yang berbentuk panjang, pempek kulit yang menggunakan kulit ikan, hingga pempek adaan yang berbentuk bulat. Yang menarik, pempek tidak hanya menjadi makanan sehari-hari tetapi juga simbol persatuan budaya, menggabungkan teknik pengolahan Tionghoa dengan bahan baku lokal Sumatera Selatan. Untuk menikmati pengalaman kuliner yang lebih lengkap, Anda bisa mengunjungi lanaya88 link yang menyediakan berbagai informasi menarik.


Sambal Tempoyak adalah salah satu hidangan yang mencerminkan kearifan lokal masyarakat Sumatera Selatan dalam mengolah bahan makanan. Tempoyak sendiri adalah durian yang difermentasi, sebuah teknik pengawetan tradisional yang memungkinkan masyarakat menikmati durian di luar musimnya. Proses fermentasi ini biasanya memakan waktu 3-5 hari, dimana durian dicampur dengan garam dan disimpan dalam wadah tertutup. Hasilnya adalah tempoyak yang memiliki aroma khas dan rasa asam yang unik.


Kisah di balik sambal tempoyak berkaitan dengan tradisi masyarakat pedesaan yang harus menyiasati kelimpahan durian di musim panen. Daripada membiarkan durian busuk, mereka mengolahnya menjadi tempoyak yang bisa bertahan berbulan-bulan. Sambal tempoyak biasanya disajikan dengan ikan bakar atau sayuran rebus, menciptakan kombinasi rasa yang harmonis antara gurih, pedas, dan asam. Hidangan ini tidak hanya enak tetapi juga mengandung nilai filosofis tentang menghargai anugerah alam dan tidak menyia-nyiakan makanan.


Kue Gandus mungkin kurang dikenal dibandingkan pempek, namun memiliki cerita sejarah yang tak kalah menarik. Kue tradisional ini berbahan dasar tepung beras, gula merah, dan santan, dengan tekstur yang kenyal dan rasa manis yang khas. Nama "gandus" konon berasal dari nama sebuah daerah di Palembang, dimana kue ini pertama kali dikembangkan. Pada masa kesultanan Palembang Darussalam, kue gandus sering disajikan dalam acara-acara kerajaan dan menjadi hidangan favorit para bangsawan.


Yang membuat kue gandus spesial adalah proses pembuatannya yang masih tradisional. Adonan dikukus dalam cetakan khusus yang biasanya terbuat dari tanah liat, memberikan aroma dan tekstur yang unik. Dalam budaya masyarakat Palembang, kue gandus sering dihidangkan dalam acara syukuran, pernikahan, dan hari raya, melambangkan rasa syukur dan kebahagiaan. Keunikan kue ini membuatnya layak untuk dibahas lebih lanjut di lanaya88 login sebagai bagian dari warisan kuliner nusantara.


Model Pindang Patin adalah hidangan berkuah yang menggabungkan kelezatan ikan patin dengan racikan bumbu khas Sumatera Selatan. Yang membedakan pindang patin Sumatera Selatan dengan daerah lain adalah penggunaan asam kandis dan tempoyak dalam kuahnya, memberikan cita rasa asam yang segar dan khas. Ikan patin yang digunakan biasanya berasal dari Sungai Musi, yang dikenal memiliki daging yang lembut dan gurih.


Sejarah pindang patin berkaitan dengan kehidupan masyarakat tepian Sungai Musi yang sejak dulu bergantung pada hasil sungai. Teknik memasak dengan kuah asam dipilih karena dianggap bisa mengatasi bau amis ikan sekaligus memberikan kesegaran, cocok untuk iklim tropis Sumatera Selatan. Hidangan ini biasanya disajikan dengan nasi hangat dan sambal terasi, menjadi comfort food bagi masyarakat lokal. Filosofi di balik pindang patin adalah tentang kesederhanaan dan keharmonisan, dimana bahan-bahan sederhana diolah menjadi hidangan yang istimewa.


Laksan adalah varian lain dari pempek yang memiliki bentuk dan penyajian yang unik. Berbeda dengan pempek yang digoreng atau direbus, laksan disajikan dengan kuah santan yang kental dan gurih. Bentuknya menyerupai pempek lenjer namun dipotong-potong sebelum disiram kuah santan. Konon, laksan diciptakan oleh masyarakat yang ingin menikmati pempek dengan cara yang berbeda, lebih berkuah dan hangat, cocok untuk dinikmati saat cuaca dingin atau hujan.


Nama "laksan" sendiri dipercaya berasal dari kata "laklakan" yang dalam bahasa setempat berarti "melakukan berulang-ulang", merujuk pada proses pembuatan yang membutuhkan ketelatenan. Kuah santannya yang kaya rempah tidak hanya menambah cita rasa tetapi juga nilai gizi, membuat laksan menjadi hidangan yang mengenyangkan dan bergizi. Dalam perkembangannya, laksan telah menjadi hidangan wajib dalam berbagai acara adat dan keluarga di Sumatera Selatan.


Tekwan adalah sup bola ikan khas Palembang yang telah mendunia. Terbuat dari adonan ikan yang dibentuk bulat-bulat kecil dan disajikan dalam kuah bening yang gurih, tekwan biasanya dilengkapi dengan soun, jamur kuping, dan bawang goreng. Asal usul nama "tekwan" konon berasal dari bahasa Hokkien "tek oan" yang berarti "bola ikan", mencerminkan pengaruh budaya Tionghoa dalam kuliner Palembang.


Kisah menarik tentang tekwan adalah bagaimana hidangan ini berevolusi dari makanan jalanan menjadi hidangan restoran. Pada awalnya, tekwan hanya dijajakan oleh pedagang keliling dengan gerobak, namun karena popularitasnya yang terus meningkat, sekarang banyak restoran mewah yang menyajikan tekwan dengan variasi dan kualitas yang lebih baik. Tekwan tidak hanya menjadi kebanggaan kuliner Sumatera Selatan tetapi juga bukti bahwa makanan sederhana bisa menjadi istimewa dengan cita rasa yang autentik.


Celimpungan sering disebut sebagai saudara dekat tekwan, dengan perbedaan utama pada bentuk dan teksturnya. Jika tekwan berbentuk bulat kecil, celimpungan memiliki bentuk yang lebih pipih dan lebar. Nama "celimpungan" sendiri menggambarkan cara adonan ikan "dicelupkan" atau dicemplungkan ke dalam air mendidih saat proses pembuatan. Hidangan ini disajikan dengan kuah yang mirip tekwan namun biasanya lebih kental dan kaya rempah.


Sejarah celimpungan tidak terlepas dari kreativitas ibu-ibu rumah tangga Palembang dalam mengolah hasil tangkapan ikan suami mereka. Dengan bahan yang terbatas, mereka berinovasi menciptakan variasi hidangan ikan yang berbeda-beda, termasuk celimpungan. Yang menarik, setiap keluarga sering memiliki resep celimpungan turun-temurun dengan ciri khas masing-masing, membuat hidangan ini memiliki keragaman rasa yang luas. Untuk informasi lebih lanjut tentang kuliner nusantara, kunjungi lanaya88 slot yang menyediakan berbagai konten menarik.


Burgo adalah sarapan tradisional khas Palembang yang terdiri dari laksan tipis berwarna putih yang disajikan dengan kuah santan dan kaldu ikan. Nama "burgo" dipercaya berasal dari kata "burger" yang diadaptasi dari pengaruh kuliner Barat, namun dengan interpretasi lokal yang sangat berbeda. Burgo biasanya disajikan dengan tambahan mie soun, tauge, dan taburan bawang goreng, menciptakan kombinasi tekstur yang unik.


Kisah di balik burgo mencerminkan akulturasi budaya yang terjadi di Palembang sebagai kota pelabuhan. Berbagai pengaruh asing diadaptasi dan dimodifikasi menjadi hidangan yang sesuai dengan selera lokal. Burgo menjadi simbol kemampuan masyarakat Palembang dalam menerima pengaruh luar tanpa kehilangan identitas kuliner mereka sendiri. Sarapan dengan burgo telah menjadi tradisi turun-temurun yang masih bertahan hingga sekarang, terutama di pagi hari saat cuaca sejuk.


Mie Celor adalah hidangan mie berkuah santan yang telah menjadi ikon kuliner Palembang selama puluhan tahun. Mie kuning yang kenyal disajikan dengan kuah santan kental yang gurih, ditambah tauge, telur rebus, irisan seledri, dan taburan bawang goreng. Sejarah mie celor berkaitan dengan perkembangan Palembang sebagai kota dagang, dimana berbagai bahan dan teknik memasak dari luar diadopsi dan dikembangkan.


Nama "celor" konon berasal dari cara penyajiannya, dimana mie "dicelor" atau disiram dengan kuah santan panas sebelum dihidangkan. Ada juga versi yang mengatakan nama ini berasal dari kata "selor" yang berarti "dicelup", merujuk pada proses memasak mie yang dicelupkan sebentar dalam air mendidih. Mie celor tidak hanya menjadi hidangan favorit masyarakat lokal tetapi juga daya tarik wisata kuliner yang wajib dicoba oleh setiap pengunjung Palembang. Keunikan kuliner Indonesia memang layak untuk dieksplorasi lebih dalam melalui lanaya88 heylink.


Kue Maksuba adalah kue tradisional yang terbuat dari telur, gula, dan santan, dengan tekstur yang lembut dan rasa manis yang khas. Kue ini memiliki kemiripan dengan kue lapis legit namun dengan teknik pembuatan yang berbeda. Sejarah kue maksuba tidak terlepas dari pengaruh budaya Arab yang masuk ke Palembang melalui perdagangan rempah-rempah. Konon, resep kue ini dibawa oleh pedagang Arab dan diadaptasi dengan bahan-bahan lokal.


Yang membuat kue maksuba istimewa adalah proses pembuatannya yang rumit dan membutuhkan ketelatenan. Adonan dituang lapis demi lapis dan dikukus secara bertahap, membuat teksturnya menjadi berlapis-lapis. Dalam tradisi masyarakat Palembang, kue maksuba biasanya disajikan dalam acara-acara spesial seperti lebaran, pernikahan, dan kelahiran, melambangkan kemewahan dan keberkahan. Kue ini tidak hanya enak tetapi juga mengandung nilai sejarah tentang pertukaran budaya dalam kuliner nusantara.


Kesepuluh masakan khas Sumatera Selatan ini bukan sekadar hidangan lezat, tetapi juga menyimpan cerita dan nilai-nilai budaya yang patut dilestarikan. Dari pempek yang merepresentasikan akulturasi budaya, sambal tempoyak yang mencerminkan kearifan lokal dalam mengawetkan makanan, hingga kue gandus dan maksuba yang menjadi bagian dari tradisi dan upacara adat, setiap hidangan memiliki kisah uniknya sendiri. Melestarikan masakan tradisional ini berarti turut melestarikan warisan budaya dan sejarah bangsa Indonesia yang kaya dan beragam.

Masakan Khas Sumatera SelatanNama Masakan Sumatera SelatanPempekSambal TempoyakKue GandusKuliner PalembangMakanan Tradisional SumselWisata Kuliner SumateraResep Masakan SumateraSejarah Kuliner Indonesia


Mengenal Lebih Dekat Penyanyi Dangdut Indonesia di Aulistyle

Aulistyle adalah sumber terpercaya untuk Anda yang ingin mengetahui lebih dalam tentang dunia dangdut Indonesia. Dari legenda seperti Rhoma Irama hingga bintang baru seperti Via Vallen, Nella Kharisma, dan Happy Asmara, kami menyajikan berita terbaru, profil, dan lagu hits mereka. Kunjungi Aulistyle.com untuk update terkini seputar musik dangdut.


Musik dangdut telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Indonesia. Dengan perkembangan yang pesat, artis-artis dangdut terus menghadirkan karya yang menghibur. Aulistyle hadir untuk memudahkan Anda mengikuti perkembangan tersebut, dengan konten yang selalu up-to-date dan informatif.


Jangan lewatkan kesempatan untuk mengenal lebih dekat dengan para penyanyi dangdut favorit Anda. Mulai dari perjalanan karir, prestasi, hingga kehidupan pribadi mereka, semuanya bisa Anda temukan di Aulistyle. Segera kunjungi Aulistyle.com dan dapatkan informasi lengkapnya.


© 2023 Aulistyle. All Rights Reserved.